Wednesday 11 September 2013

Bandung I'm in Love # 5

Cerita sebelumnya disini

Agustus 1999

"Ipit, selamat yah, lu keterima di Ekonomi Unpad! Si Lita juga, Hukum Unpad! Gue, balik 'nyangkul' lagi di Malang. Thesa dapet UNDIPnya, Rio kayanya ke Tehnik Industri Trisakti"

Jam 9.30 wib tadi, Dion menelponku. Memberitahukan hasil pengumuman UMPTN yang diliatnya melalui koran pagi ini. Sejujurnya, dari semalem daku sudah males menunggu dan mencari tau hasil pengumuman hari ini. Pun sudah menguatkan hati, jikalau hasilnya tidak ada namaku tercantum, tanda tidak lulus.

"Yang bener yon? serius? Jangan becanda yah!" Sahutku memastikan. "Lho? Lu sendiri belum liat pengumumannya? Niy yah gue bacain!" Lanjut Dion sambil menyebutkan nomor UMPTN, namaku dan jurusan Ekonomi Studi Pembangunan pilihan pertamaku. Rupanya, Dion mencatat semua nomor UMPTN kami kemarin, dan pagi tadi dia mencek satu persatu untuk mengetahui siapa saja yang berhasil lulus.

"Gue belum liat pengumuman sama sekali Yon, sudah keburu males duluan, karena ga yakin lulus lagi tahun ini. Ini beneran? Lu ga bohong?" Ucapku lagi. "Ga mungkin gue bohong, Ipit! Ini beneran, nama lu dan Lita berdekatan, kalian berdua keterima di Unpad. Sana liat pengumumannya biar yakin." Ucap Dion.
 

Tak beberapa lama, daku sudah berkeliling ke loper koran, dan hampir semua loper bilang koran yang melampirkan pengumuman hasil UMPTN habis terjual semenjak pagi. Dan baru jam 12.30 wib daku mendapatkan koran yang dimaksud, mencari urutan no UMPTNku, dan benar ada tercantum disitu, namaku, dan jurusan pertama yang ku pilih. Kucari juga nama Lita. Yup, ternyata benar yang Dion bilang di telpon tadi. Alhamdulillah ya Allah. Kalau saja jalanan aspal ini tidak becek, inginnya daku langsung sujud syukur disitu.

Sesampainya daku di rumah, lanjut berwudhu, sholat dan sujud syukur. Mama sepertinya sudah mengetahui tentang kelulusanku di Unpad. Ternyata selama daku pergi mencari koran tadi, teman-teman sudah ramai menelpon ke rumah mengucapkan selamat, dan mereka semua bicara langsung dengan Mama. Tapi diantara telfon yang masuk, Mama bilang padaku "Tadi Ni' menelpon sambil menangis, mohon supaya Mama tidak mengizinkan Fitri untuk kuliah di Bandung. Coba telfon Ni' sekarang!" 


Ya Allah, daku lupa mengecek no UMPTN Ni'. Segera kubuka kembali korannya, menyusuri nomor dan nama. Tak ada kutemukan nama Ni' disitu. Lalu menyambar gagang telfon, menelfon Ni'. Na', saudara kembar Ni' yang mengangkat, Na' bilang Ni' sedang menangis dikamar, tidak mau menerima telfon dariku. Samar-samar memang daku mendengar isakan tangis Ni'. Selama aku mengenal Ni', aku tau sekali jikalau Ni' menangis bisa totally out loud tangisannya. Daku bilang sama Na', kalau daku akan ke rumah sebentar lagi buat menemui Ni'. Lanjut menelpon Lita, ternyata diapun sama, tau dirinya lulus dari Dion. Dan daku mengiyakan, kalau kita sama-sama lulus di Unpad Dipati Ukur. Merencanakan keberangkatan ke Bandung besok, untuk mendaftar ulang.

Duh, ga tega hatiku begitu menginjakkan kaki di rumah Ni'. Ternyata Ni' sangat terpukul dengan kelulusanku ini. "Please Fit, jangan pergi.. Jangan tinggalin Ni' Fit, semenjak kenal dan dekat dengan Fitri, Ni' jadi rajin kuliah, Ni' jadi mau belajar. IP Ni' semester ini jauh meningkat dari sebelumnya, itu karena Ni' deket sama Fitri. Please jangan tinggalin Ni' Fit, Ni' ga tau gimana kalau Fitri ga bareng Ni' lagi di UI." Kupeluk Ni' dan kita nangis bareng-bareng. Daku menangis karena ternyata kehadiranku buat Ni' membawa kemajuan buat dia selama ini. Ternyata, kehadiranku membawa hal-hal baik buat Ni'. Memang sih, kalau 'bandel'nya Ni' lagi kumat, daku yang tidak mau ikut-ikutan. Malah berbalik Ni' yang ikut apa yang daku lakukan.

Lain waktu ada kejadian lucu. Sepulang kuliah, Ni memaksaku untuk pulang bersamanya, tapi naik angkot menuju rumahnya, lalu nanti dari rumahnya, dia mengantarkanku pulang ke rumahku. Saat itu daku menolak, karena lebih efisien daku pulang sendiri, naik kereta. Dan Ni' naik angkot sendiri langsung ke rumah masing-masing. Dengan memohon-mohon padaku untuk naik angkot bersamanya, akhirnya daku setuju. Begitu angkot mendekati daerah rumah Ni', Ni' bilang kepadaku "Fit, nanti kalau mau berhentiin angkot ini, bilang berhenti ke sopirnya gimana yah?" Ternyata, Ni' memaksaku pulang bareng naik angkot karena dia sendiri tidak tau bagaimana memberhentikan angkot begitu tiba di tujuan. Dengan adanya diriku naik angkot bareng dia, dia jadi tau hal itu. Ya Allah Ni', kalau inget kejadian itu, daku pasti ketawa-tawa. Yah habis gimana, ternyata Ni' ga pernah naik angkot. Memang selama kuliah, kalau tidak membawa mobil sendiri, Ni' dianter jemput Na' ke kampus.

Akhirnya, Daku bisa membujuk Ni'. Daku bilang Ni' kan tau semua alasanku ke Bandung karena apa, bagaimana menjalani hidupku di UI kemarin-kemarin. Apa Ni' ga kepingin melihat daku bahagia? Impian yang tertunda selama setahun lalu sudah tercapai di depan mata? Daku berjanji, ga akan ada yang berubah dengan pertemanan kami nanti. Begitupun dengan pertemananku dengan yang lainnya. Kita masih tetap bisa keep in touch, lewat telfon, surat, email, atau apapun. Bahkan akan lebih enak lagi jika Ni' dan teman-teman mau ke Bandung nanti, sudah ada daku di sana untuk dikunjungi dan kostanku nanti dijadikan persinggahan buat mereka. Selama ini, niat kami 'kabur' saat wiken ke Bandung khan memang tidak pernah kesampaian hingga sekarang. Dakupun berjanji, jika ada kegiatan di Kampus UI nanti semisal ospek fakultas, jurusan, malam inagurasi gape ABANK, JGTC , daku pasti mengusahakan tetap datang dan berkumpul dengan mereka.

Esoknya..

Lita memutuskan akan tetap stay di Sastra Perancis UI. Dia tidak mau mengambil Hukum Unpad. Namun dia bersedia menemaniku ke Bandung untuk mendaftar ulang di Ekonomi. Jadi, tadi pagi kami berangkat menuju Bandung dengan menumpang Bis dari Kampung Rambutan. 


Di tempat peristirahatan menuju Bandung, kami dihampiri oleh seorang laki-laki berkacamata yang sepertinya sudah memperhatikan kami semenjak di Terminal Kampung Rambutan tadi. Dia langsung mengulurkan tangannya mengajak kenalan. "Nama saya Nuel, mau kuliah di Bandung yah?" Penampilannya casual, berkemeja, jeans dan sepatu keds memakai ransel. Daku dan Lita mengiyakan. "Kuliah dimana? Saya juga kuliah di Bandung, lagi ambil master di ITB." Woooooowww,, daku dan Lita saling lirik-lirikan. ITB booo, master pula.. Ihikkks! "Kami baru mau mendaftar ulang ke Unpad, kemarin baru liat pengumuman kelulusannya" jawabku. "Oo mahasiswi baru, jurusan apa?" Lanjutnya. Tak lama kami sudah mulai akrab. Akhirnya kami memutuskan memanggilnya dengan sapaan Bang Nuel.

Mengetahui tujuan kami ke Cicaheum, ternyata Bang Nuel juga ke arah yang sama, dia kost di daerah Muara Rajeun Surapati. Jadi setiba di Terminal Leuwi Panjang, kami menumpang Damri yang sama menuju Cicaheum. Bang Nuel bersedia membantuku jika butuh info kost-kostan sekitar Unpad nantinya. Dia memberikan secarik kertas bertuliskan no telfon yang bisa dihubungi, jika kami membutuhkan bantuannya nanti.

Senangnya Te' Tuti menyambut kami lagi. Ini kesuksesan yang tertunda menurut Te' Tuti. Memang terasa beda sekali hari ini. Bandung, kota yang akan ku lalui setidaknya 4 tahun kedepan nanti, seperti memelukku dan mengatakan selamat datang. Euforia yang kurasakan disekujur badan, ingin rasanya cepat-cepat ke kampus hari itu juga. Tapi Te' Tuti menahan, biar besok pagi saja. Sekarang kami istirahat dulu sambil merapikan semua dokumen persyaratan jika masih ada yang kurang. Menelfon Tante Uci dan om Iwan di Cimahi, memberitahukan kabar kelulusanku pada mereka, ke Mas Gugun dan Guruh juga tentunya. 


Malam itu, tiba-tiba Lita bilang padaku "Duh, sepertinya gue juga mulai jatuh cinta sama Bandung nih, Fit. Apa gue Ambil aja yah Hukum Unpadnya? Kayanya enak banget kuliah disini. Kita kost bareng-bareng." Langsung kusambut dengan gembira "Iya Ta, ambil aja. Katanya lu juga bosan di Jakarta, hayuk kita bareng kuliah di sini. Soalnya ga kebayang juga sih, kalau kita pisahan kota, selama ini khan walaupun udah ga satu jurusan kuliah, sabtu minggu pasti kita jalan berdua. Kalau kita sama-sama di Unpad, satu kostan, kita tetap bisa bareng sama-sama juga". 

Lita memang sahabatku semenjak SMP kelas 1, selama 3 tahun di SMP kami selalu sekelas. Begitu SMA pun tetap bareng walaupun berbeda kelas. Dia di Sastra, daku di Fisip yang kampusnya bersebelahan. Jadi momentos lulus UNPAD bareng ini juga biar kebersamaan kami terus berlangsung. "Oke, gue positif ambil Hukum Unpad. Besok begitu lu kelar semua pendaftaran, kita langsung balik yah ke Jakarta. Besok paginya, balik lagi ke Bandung buat gantian gue yang mendaftar ulang di Hukum." Subhanallah, lengkap sudah kebahagiaanku malem ini. Lita memutuskan ikut pindah kuliah di Bandung. Langsung cepat-cepat tidur, biar besok tidak kesiangan.

Jam 7.30 wib, daku langsung berpamitan ke Te' Tuti sekeluarga, membawa semua perlengkapan dan ransel menuju Unpad Dipati Ukur, dan balik ke Jakarta. Pagi itu Pendaftaran tumpah ruah. Semua fakultas daftar ulang kelulusan di hari yang sama. Daku tiba di Unpad Dipati ukur sekitar jam 9.30 wib. Membereskan berkas, periksa kesehatan, berurusan dengan administrasi pembayaran, pengukuran jaket almamater di Aula. Nyaris seharian daku berpisah dengan Lita yang setia menungguku di depan wartel Ekonomi. Dari Jam 11.00 wib daku meninggalkan Lita, hingga jam 16.00 keluar Aula. Sangat tidak efisien karena antri disetiap sudut dan ketidakjelasan alur yang membuatku harus bolak-balik. Begitu keluar, kutarik tangan Lita, kukasih tau alur administrasi tadi seperti apa. Biar besok begitu dia yang giliran mendaftar ulang, waktunya lebih efisien. Perutku lapar luar biasa, kutanyakan Lita sudah makan apa? Dia bilang makan bakso tahu saja selama menungguku di depan wartel ekonomi. Kami memutuskan makan nasi timbel depan kampus, kemudian cepat bergegas menuju terminal Leuwi Panjang, pulang kembali ke Jakarta. Tiba di Jakarta pukul 23.30 wib. Langsung tidur.

Jam 4.00 wib daku sudah terbangun, rasanya badan ini masih capek sekali. Cepat bangkit, mandi dan menunggu adzan shubuh lalu sholat. Jam 5.00 wib, daku pamit untuk segera kembali ke Bandung, janjian ketemu Lita di depan gang rumahnya. Lalu meluncur ke Terminal Kampung Rambutan. Mama tidak habis pikir dengan pola kami ini. Kenapa tidak stay dulu di Bandung, lalu meminta salah satu kakaknya Lita untuk mengantarkan berkas keperluan Lita mendaftar di Hukum Unpad? Entahlah, saking excitednya kami, hingga hal itu tidak terfikirkan. Yang kutau, aku harus gantian menemani Lita mendaftar ulang pagi ini. Dan sukseslah kami, selama perjalanan Jakarta-Bandung 4 jam lebih, kami isi dengan tidur.

Alhamdulillah, apa yang ku beritahu tentang alur administrasi pendaftaran ke Lita kemarin sangat berguna. Lita masuk ke dalam Aula sekitar jam 11.00 dan keluar jam 13.00. Lega rasanya. Urusan kami sudah selesai di kampus ini. Santai sejenak sambil mengelilingi Unpad Dipati Ukur. Tiba-tiba, teringat dengan Bang Nuel, bagaimana kalau sisa hari ini kami pergunakan untuk berkeliling mencari kost-kostan. Bergegaslah kami masuk wartel, dan menelpon Bang Nuel. Tak beberapa lama, Bang Nuel muncul di hadapan kami, dan kami memulai pencarian kost-kostan itu disekitaran dekat kost-kostan Bang Nuel, daerah Surapati. Hingga nyaris sore, tak ada satupun kostan yang sreg. Kami mencari 2 kamar kosong, sudah sreg tempat, tapi kamar kosong cuma 1. Ada 2 kamar kosong, tapi tempatnya terkesan 'freaky'. Akhirnya kami putuskan berhenti dulu hari ini. Dan besok baru dilanjutkan lagi.

Impulsif, kelar mencari kost-kostan, bukannya pulang ke rumah Te' Tuti di Cicaheum,daku malah memutuskan untuk membuat surprise keluarga Tante Uci dan Om Iwan.  Yups, kali ini daku dan Lita akan menuju Cimahi, tiba-tiba muncul disana tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Penuh perjuangan memang, Daku hanya sekali kesana dulu, itupun diantar jemput Om Iwan dari Cicaheum. Sekarang? dari Dipati Ukur, mau ke Cimahi lewat mana? modal nekat dan bertanya ke MangTukang Parkir, akhirnya kami ditunjukkin jalan. 


Dari Dipati Ukur naik angkot  menuju Simpang Dago, lanjut naik angkot St.Hall-Dago. dari Stasiun lanjut numpang angkot St.Hall- Cimahi. Patokan Rs. Dustira, akhirnya 2 jam perjalanan, kami tiba juga disana. 

Taram! Mungkin mau pingsan si Mas Gugun melihat kedatanganku dan Lita. Predikat 'anak badung' langsung dia sematkan kepadaku. Dimatanya. daku memang anak yang suka nekat. datang seperti Jailangkung, tiba-tiba muncul, kemarin tau-tau hilang sehabis mendaftar, dan sekarang sudah ada lagi tanpa pemberitahuan. Bertemu dengan Tante UCi dan Om Iwan lagi yang menyambut kami dengan welcome sekali. Malam itu, Daku, Lita, Mas Gugun dan Mas Guruh ngobrol panjang. Mas Guruh lebih klop dengan Lita, Mas Guruh kuliah di STHB tahun ke 3. Jadi obrolan mereka seputaran jurusan perkuliahan di Fakultas Hukum nanti seperti apa. Daku dan Mas Gugun lebih banyak mendengarkan mereka, Mas Gugun beberapa kali menyebutkanku predikatku ' dasar si Fitri Anak Badung' ternyata plesetan dari 'si Fitri akhirnya jadi Anak Bandung'. Diujung obrolan, habislah kami dengan ocehan Mas Guruh "makanya bergaul yah, Masa mau Kuliah di Unpad Dipati Ukur cari kost-kostannya di Surapati. besok gue anterin cari kostan sekitar monumen belakang telkom, atau Dago sekalian". Hihihihihihi ^^

-Bersambung-

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...