Tuesday 16 June 2015

Benarkah Dapurku Berhantu?


 
8 tahun lalu, saat itu kami tinggal di kota Pematang Siantar, Sumatera Utara. Kami menyewa sebuah rumah mungil yang memiliki pekarangan yang luas seperti kebun raya. Halaman luas ini berisi 1 rumah induk, 1 paviliun dan 1 rumah mungil yang kami tempati. Rumah Induk dibangun sekitar tahun 1950-an milik seorang mantan hakim agung yang sudah meninggal dunia. Kami menyebut beliau Opung. Kepemilikan rumah pun berpindah sebagai harta warisan ke anak bungsunya yang menjadi dokter di RSUD Rantau Prapat.

Rumah induk yang berisi barang dan furnitur lama menjadi seperti musium karena dirawat apik oleh sepasang suami istri yang sudah lanjut usia. Kami memanggilnya Kakek dan Nenek Angsa. Kenapa Angsa? Karena di pekarangan kami ini ada 2 pasang angsa yang sengaja dipelihara sebagai penjaga rumah. Sehingga mereka lebih dikenal dengan panggilan seperti itu. Kakek dan Nenek Angsa, dulunya adalah orang yang membantu Opung dan sangat dipercayakan untuk mengurusi rumah. Semenjak Opung meninggal dunia, anak-anak sang opung tetap mempercayakan kepengurusan rumah induk ini kepada mereka berdua. Termasuk perihal sewa-menyewa rumah mungil yang kami tempati ini. Kami tidak pernah mengenal Almarhum Opung ini, karena beliau sudah meninggal sejak lama. Begitupun dengan anak bungsunya, kami menyebutnya Pak Dokter. Selama kami tinggal, hanya 1-2 kali Pak Dokter datang singgah ke rumah induk. Itupun hanya sebentar saja. Tidak sampai berjam-jam apalagi menginap. Sehingga, saat beliau datang, seringnya saya dan Pak Suami kebetulan sedang keluar rumah. Jadi tidak pernah berjodoh untuk ketemu secara langsung.


Saya sangat suka tinggal disana. Halamannya yang luas, asri karena penuh dengan aneka tanaman bunga, buah, dan apotik hidup yang sangat terawat, rumah ini pun sebagian besar terbuat dari kayu. Hanya setengah dindingnya yang terbuat dari batu. Pada saat cuaca di Pematang Siantar sedang dingin, bisa memberikan rasa hangat, begitupun sebaliknya. Jika menjelang shubuh dan kami bangun pagi, saya langsung membuka pintu rumah dan jendela lebar-lebar agar udara pagi yang bersih dan sejuk itu bisa masuk ke dalam rumah. Dan biasanya dua pasang angsa ini masih sibuk berpatroli keliling rumah sambil 'berkoing-koing' jika melihat ada orang yang tidak dikenal melintasi halaman rumah.


Dapur saya memiliki jendela besar tepat diatas tungku kompornya. Jendela besar ini lurus menghadap pintu pagar depan kearah jalanan. Saat masak, saya memang paling suka membuka jendela besar itu hingga maksimal. Hal ini agar udara di dapur tidak pengap. Karena udara panas bisa keluar dengan cepat melalui jendela. Selain itu, biar saat saya sedang memasak, saya masih bisa memandangi halaman rumah yang berbunga-bunga. Sambil sesekali memperhatikan Kakek yang masih asyik menyapu halaman dan nenek yang lalu lalang menyiram dan memupuk bunga hingga memberi si angsa makan. Diantara tungku dan sink cuci piring, saya meletakkan rak piring kecil. Gunanya untuk mengeringkan alat makan dan peralatan masak yang sudah dicuci bersih. Lalu piring dan alat masak dipindahkan ke rak piring besar di sudut lainnya.

Setiap habis makan malam, biasanya saya langsung mencuci semua alat makan hingga bersih. Dan meletakkannya di rak piring kecil itu hingga kering. Hal ini pasti saya lakukan, mencegah esok pagi bangun dalam keadaan bete akibat pemandangan piring kotor yang belum dicuci. Selain itu, saya mencegah binatang malam seperti cicak yang sering bergerilya mencari jatah makan malamnya di atas tumpukan piring kotor.

Begitupun malam itu. Setelah meninggalkan dapur dalam keadaan bersih sehabis makan malam, kami beranjak masuk ke dalam kamar. Anehnya, saat itu kami memang belum mengantuk sama sekali. Biasanya jika belum mengantuk, kami sempatkan duduk-duduk di teras rumah sambil menikmati udara malam yang sejuk.

Saat itu waktu menunjukkan pukul 23.00 wib. Khalila sudah terlelap tidur. Saya pun mulai terkantuk-kantuk. Pak Suami masih menonton film seri favoritnya melalui dvd. Tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara gelas pecah. Saya yang sedang terkantuk-kantuk langsung tersadar dan ketakutan. Di pikiran saya, dapur sudah dimasuki oleh binatang pengerat. Siapa lagi kalau bukan tikus. Spontan Pak Suami berjalan menuju dapur. Semula saya tidak mau mengikuti karena takut. Yah, saya memang takut sekali sama tikus. Masa bodoh dengan pecahan gelas itu, biar dibersihkan besok pagi saja. Tapi, karena suara Pak Suami yang terus memanggil saya untuk segera ke dapur, akhirnya saya ikut menyusul.

Diatas rak piring kecil, tempat saya meletakkan alat makan yang sudah dicuci, tampak pecahan 1 gelas yang sudah menjadi remah-remah kaca. Anehnya, pecahannya itu bukan di lantai. Semula saya berpikir tikus itu bergerilya dan menjatuhkan gelas tersebut ke lantai hingga pecah. Atau menyenggol gelas satu dengan yang lainnya hingga salah satu menimpa gelas tersebut hingga pecah. Tetapi posisi pecahannya sangat rapi. Di sekeliling, gelas dan alat makan lainnya msh berada diposisi yg sama. Tidak ada yang tergeser. Seolah-olah, gelas ini memecahkan dirinya sendiri.

Pak Suami meyakinkan saya, kalau gelas ini pecah bukan karena tikus, apalagi cicak. Pak Suami mengambil kamera handphone dan memfoto penampakan pecahan gelas itu yang kami nilai aneh. Susah sekali menemukan teori apa yang terjadi pada gelas kami malam itu. Sehingga akhirnya saya memutuskan untuk tidak membersihkan pecahan gelasnya malam itu juga. Niatnya, besok pagi, saya ingin memberitahukan kondisi ini kepada Kakek dan Nenek Angsa.

Ternyata Kakek dan Nenek Angsa terkaget-kaget melihat keanehan posisi pecahan gelas itu di pagi harinya. Mereka berujar mungkin ada 'makhluk lain' yang membuat gelasnya pecah seperti itu. Menghubungkan bahwa gelas itu pecah sebagai pertanda sesuatu akan terjadi. Saya masih mencoba rasional walaupun sempat termakan juga perasaan khawatir yang membuat saya cepat-cepat mengambil handphone dan segera menelpon ke Jakarta. Menanyakan kondisi ayah saya yang sedang sakit karena gagal ginjal. sekaligus menelpon ibu mertua yang juga terbaring karena kanker otak. Alhamdulillah, kondisi mereka stabil. Pak Suami pun melaporkan tentang komentar teman-teman di kantor yang melihat foto pecahan gelas kami itu. Kebanyakan mereka berkomentar sama seperti Kakek dan Nenek Angsa karena melihat keanehannya.

Apa betul di dapur kami ada hantunya? Antara percaya dan tidak percaya sebenernya. Saya percaya dengan keberadaan makhluk lain yang bisa ada dimana saja. Namun saya belum percaya kalau mereka ada di dapur kami. Selama lebih dari 1-2 tahun ini kami tinggal disini, rasanya belum pernah ada kejadian aneh seperti ini. Mencari teori yang lebih ilmiah juga belum kami dapatkan, malah kebanyakan kecenderungan mengarah ke dunia mistis.

 ----

Hari ini, akhirnya saya memperoleh teori yang bisa menjawab pertanyaan kejadian 8 tahun silam. Bagaimana gelas itu bisa pecah dengan sendirinya, seolah-olah ada keberadaan makhluk lain yang membuat gelas itu pecah. Untuk penampakan videonya, klik disini yah!

Gelas saya yang pecah, ternyata termasuk ke dalam kategori Tempered Glass. Menurut. Dr Andreas Kasper seorang doktor dari Jerman yang ahli dalam bidang tempered glass, pada saat proses awal pembuatan glass di pabrik, glass akan mengeluarkan kotoran yang bernama 'Nickel Sulfide'. Apabila terjadi perubahan pada suhu tertentu pada produk tempered glass, Nickel Sulfide menyebabkan glass menjadi mengembang. Dalam proses itu terjadi pengumpulan energi. Adanya dorongan energi dari dalam ini sehingga terjadi ledakan pecahan yang menimbulkan penyebab asal suara 'prang' . Itulah kenapa gelas saya secara tiba-tiba bisa pecah dengan sendirinya.


Alhamdulillah, kejadian saat itu malam hari, dan tidak ada satu orang pun di dalam dapur sehingga tidak ada korban. Saya membayangkan kalau seandainya gelas itu pecah saat sedang saya cuci, tidak terbayang pecahan kacanya yang berkeping-keping melukai tangan, bahkan bisa terlempar mengenai wajah. Untuk meminimalisir kejadian itu terulang lagi, saya mencari produk glass apa yang lebih aman. Ternyata ada lho! Namanya produk heat resistant glass. Komponen bahan dan proses pembuatan heat Resistant Glass ternyata tidak terdapat nickel sulfide. Sehingga ketika terjadi pecah, pecahannya tidak seperti tempered glass yang pecah hingga berkeping-keping. Selain itu semua produk heat resistant glass terbuat dari komponen tahan panas. Sehingga dapat digunakan ke dalam oven dan microwave.


Nah, ternyata Lock&Lock sudah menggunakan Heat-Resistant Glass untuk semua produk tableware glassnya. Mengapa LOCK&LOCK memakai Heat-Resistant Glass ?
Pertama karena Aman, Tidak pecah dengan sendirinya seperti tempered glass. Kedua, bisa digunakan dalam microwave, oven dan dishwasher karena terbuat dari bahan boroseal (boron trioxide dan silicon dioxide) yang tahan pada suhu panas dan suhu dingin dalam waktu bersamaan. Untuk masuk di suhu oven hingga 400 dercel masih aman. Ketiga, Heat-Resistant Glass lebih ringan 10% dibandingkan Tempered Glass hingga tidak akan membuat nyeri pada pergelangan tangan saat menggunakannya. Keempat, suhunya rendah, permukaannya akan tetap dingin. Persamaan isolator listrik dalam microwave menyebabkan Heat-Resistant Glass tidak menyerap banyak gelombang elektromagnetik sehingga permukaan Heat Resistant Glass tidak terlalu panas. Nah yang terakhir nih saya paling suka, karena Heat Resistant Glass permukaannya akan tetap bening, tidak akan menjadi keruh, berkabut apabila sering digunakan ataupun disimpan dalam jangka waktu yang lama karena kandungan Na20 atau Natrium Oksidanya rendah.

Jadi, jika ada teman-teman yang mengalami kejadian yang sama seperti saya (aduh, mudah-mudahan jangan yah, soalnya seram dan bahaya), sudah tahu kalau itu bisa saja terjadi karena tempered glass yang pecah, bukan karena dapur kita berhantu. Alhamdulillah, sekarang saya sudah tahu dan tidak kepikiran lagi kalau dapur saya di rumah Siantar dulu berhantu. Happy Cooking !



Kompetisi LOCK&LOCK "Mrs. Chef" ini adalah kompetisi yang dilaksanakan oleh LOCK&LOCK Indonesia bekerja sama dengan HHBF (Homemade Healthy Baby Food)

7 comments:

  1. Hehehe... saya kira apa.. memangnya saat itu, cuaca lagi dingin banget atau panas Mak? Saya ga berani bawa peralatan gelas untuk bekal karna kebanyakan lock & lock yg saya pakai itu utk tempat bekal.. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pematang Siantar pada bulan-bulan tertentu saat siang terik dan panasnya lumayan menyengat sampai bisa memuat saya migren. Nah begitu masuk malam hari, bisa dingin sekali Mak Riski. Mungkin karena sering seperti itu makanya gelas minum bisa pecah dengan sendirinya. Selama ini kami belum dapat teorinya secara gelas itu tebal bergagang dan mustahil banget bisa pecah kalau bukan terjatuh atau dibanting. Begitu dapet keterangan ini dari lock n lock, terjawab sudah. Pak Suami setelah dijelaskan juga ikutan lega. Secara kejadian itu jadi pr kami hingga kemarin.. Eh yah Mak Riski, lock n lock ada juga sekarang yang oven glass, bisa jadi wadah bekal juga Mak, layak dicoba... Makasih lho sudah mampir sini, yuk diicip baked potato sama flan puding karamelnya :)

      Delete
    2. wih serem nih dapur berhantu :D

      Delete
  2. Wah, butuh waktu sp 8 thn untuk menemukan jawaban rasionalnya, ya, Mak Fitri? Dan sy jadi ikut teredukasi deh dg jabaran ini... Ternyata bukan krn unsur mistis, hehe. Udh sempat ngerasa serem tadi... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Al... apa kabarmu mbak? hadeh aku sok sibuk banget yah semenjak berbayi lagi. jarang menyapa dan meninggalkan jejak di blogmu Mbakku. Sehat semua? iya yeuh akhirnya melegakan.. saya walaupun sempat merasa freaky setelah kejadian itu, tapi tetep cinta yeh tinggal disana hingga dimutasi balik ke jakarta. Bahkan waktu liburan 3 tahun lalu ke siantar tetep mampir, sayangnya rumah kami sedang ada yang menyewa jadi nostalgianya cuma di rumah induk dan halaman rumah....
      makasiy yah Mbak Al, sudah mampiri blogku lagi ^^

      Delete
  3. Aku pernah tuh, mak....gelas tiba2 pecah gitu. Untung, saat itu almarhum ayah menjelaskan ttg perubahan suhu itu, jadi ga mikir macem2 ttg hantu...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah Mak Dwina, semoga ga sampe ada korban yah pas gelasnya pecah. Kalau kami, berhubung gelasnya tebal banget, udah ga kepikiran kalau suhu yagn menyebabkan gelas itu sampai pecah. bayanganku kalau pecah karena suhu, pecahannya paling terbelah-belah saja, seperti kalau sehabis menuang air mendidih. Ini pecahannya berkeping-keping dan rapih, jadi kepikiran si S deh.. hiiiiyyy

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...